Songket Palembang
🌼Istilah
Kata songket berasal dari istilah sungkit dalam bahasa melayu dan bahasa indonesia yang berarti "mengait" atau "mencungkil". Songket digolongkan dalam keluarga tenunan brokat. Songket ditenun dengan tangan dengan benang emas dan perak. Selain itu, menurut sementara orang, kata songket juga mungkin berasal dari kata songka, songkok khas Palembang yang dipercaya pertama kalinya kebiasaan menenun dengan benang emas dimulai. Istilah menyongket berarti ‘menenun dengan benang emas dan perak.
Songket adalah kain tenun mewah yang biasanya dikenakan saat kenduri, perayaan atau pesta. Songket dapat dikenakan melilit tubuh seperti sarung, disampirkan di bahu, atau sebagai destar atau tanjak, hiasan ikat kepala. Tanjak adalah semacam topi hiasan kepala yang terbuat dari kain songket lazimnya dipakai oleh sultan dan pengeran serta bangsawan Kesultanan Melayu. Menurut tradisi, kain songket hanya boleh ditenun oleh anak dara atau gadis remaja, akan tetapi kini kaum lelaki pun turut menenun songket.
Beberapa kain songket tradisional Sumatera memiliki pola yang mengandung makna tertentu. Songket harus melalui delapan peringkat sebelum menjadi sepotong kain dan masih ditenun secara tradisional. Karena penenun biasanya dari desa, tidak mengherankan bahwa motif-motifnya pun dipolakan dengan hewan dan tumbuhan setempat. Motif ini seringkali juga dinamai dengan nama kue khas melayu seperti serikaya, wajik dan tepung talam yang diduga merupakan panganan kegemaran raja.
🌼Sejarah
Penenunan songket secara sejarah dikaitkan dengan kawasan permukiman dan budaya Melayu, dan menurut sementara orang teknik ini diperkenalkan oleh pedagang India atau Arab. Menurut hikayat rakyat Palembang, asal mula kain songket adalah dari perdagangan zaman dahulu di antara Tiongkok dan India. Orang Tionghoa menyediakan benang sutera sedangkan orang India menyumbang benang emas dan perak; maka, jadilah songket. Kain songket ditenun pada alat tenun bingkai Melayu. Pola-pola rumit diciptakan dengan memperkenalkan benang-benang emas atau perak ekstra dengan penggunaan sehelai jarum leper. Tidak diketahui secara pasti dari manakah songket berasal, menurut tradisi Kelantan teknik tenun seperti ini berasal dari utara, yakni kawasan Kamboja dan Siam yang kemudian berkembang ke selatan di Pattani, dan akhirnya mencapai Kelantan dan Terengganu sekitar tahun 1500-an. Industri kecil rumahan tenun songket kini masih bertahan di pinggiran Kota Bahru dan Terengganu. Akan tetapi menurut penenun Terengganu, justru para pedagang Indialah yang memperkenalkan teknik menenun ini pertama kali di Palembang yang mungkin telah berlaku sejak zaman Sriwijaya (abad ke-7 sampai ke-11).
Menurut tradisi Indonesia sendiri, kain songket nan keemasan dikaitkan dengan kegemilangan Sriwijaya, kemaharajaan niaga maritim nan makmur lagi kaya yang bersemi pada abad ke-7 hingga ke-13 di Sumatera. Hal ini karena kenyataan bahwa pusat kerajinan songket paling mahsyur di Indonesia adalah kota Palembang. Songket adalah kain mewah yang aslinya memerlukan sejumlah emas asli untuk dijadikan benang emas, kemudian ditenun tangan menjadi kain yang cantik. Secara sejarah tambang emas di Sumatera terletak di Sumatera Selatan dan di pedalaman dataran tinggi Minangkabau. Meskipun benang emas ditemukan di reruntuhan situs Sriwijaya di Sumatera, bersama dengan batu mirah delima yang belum diasah, serta potongan lempeng emas, hingga kini belum ada bukti pasti bahwa penenun lokal telah menggunakan benang emas seawal tahun 600-an hingga 700-an masehi. Songket mungkin dikembangkan pada kurun waktu yang kemudian di Sumatera. Songket Palembang merupakan songket terbaik di Indonesia baik diukur dari segi kualitasnya, yang berjuluk "Ratu Segala Kain". Songket eksklusif memerlukan di antara satu dan tiga bulan untuk menyelesaikannya, sedangkan songket biasa hanya memerlukan waktu sekitar 3 hari. Mulanya kaum laki-laki menggunakan songket sebagai destar, tanjak atau ikat kepala. Kemudian barulah kaum perempuan Melayu mulai memakai songket sarung dengan baju kurung.
Dokumentasi mengenai asal usul songket masih tidak jelas, kemungkinan tenun songket mencapai semenanjung Malaya melalui perkawinan atau persekutuan antar bangsawan Melayu, karena songket yang berharga kerap kali dijadikan mas kawin atau hantaran dalam suatu perkawinan. Praktik seperti ini lazim dilakukan oleh negeri-negeri Melayu untuk mengikat persekutuan strategis. Pusat kerajinan songket terletak di kerajaan yang secara politik penting karena bahan pembuatannya yang mahal; benang emas sejatinya memang terbuat dari lembaran emas murni asli. Songket sebagai busana diraja juga disebutkan dalam naskah Abdullah bin Abdul Kadir pada tahun 1849.
🌼Motif
Songket memiliki motif-motif tradisional yang sudah merupakan ciri khas budaya wilayah penghasil kerajinan ini. Misalnya motif Saik Kalamai, Buah Palo, Barantai Putiah, Barantai Merah, Tampuak Manggih, Salapah, Kunang-kunang, Api-api, Cukie Baserak, Sirangkak, Silala Rabah, dan Simasam adalah khas songket Pandai Sikek, Minangkabau. Beberapa pemerintah daerah telah mempatenkan motif songket tradisional mereka. Dari 71 motif songket yang dimiliki Sumatera Selatan, baru 22 motif yang terdaftar di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Dari 22 motif songket Palembang yang telah terdaftar di antaranya motif Bungo Intan, Lepus Pulis, Nampan Perak, dan Limar Beranti. Sementara 49 motif lainnya belum terdaftar, termasuk motif Berante Berakam pada seragam resmi Sriwijaya Football Club. Selain motif Berante Berakam, beberapa motif lain yang belum terdaftar yakni motif Songket Lepus Bintang Berakam, Nago Besaung, Limar Tigo Negeri Tabur Intan, Limar Tigo Negeri Cantik Manis, Lepus Bintang Penuh, Limar Penuh Mawar Berkandang, dan sejumlah motif lain.
🌼Keistimewaan Songket Palembang
Songket Palembang jika dilihat dari segi kualitasnya adalah songket terbaik di Indonesia. Songket dari Palembang ini mendapatkan sebutan “Ratu Segala Kain”. Songket ini secara khusus ditenun dan dapat memakan waktu hingga tiga bulan. Bagaimana dengan songket yang biasa? Songket yang biasa dapat ditenun hanya dalam tempo tiga hari saja. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan Songket khas Palembang yaitu alat tenun, rungsen, benang emas, benang merah, baliro, lidi, buluh, pleting dan lain sebagainya. Dalam pembuatannya diperlukan ketekunan, kesabaran dan keuletan. Jika dikerjakan dengan tergesa-gesa maka hasil yang didapat biasanya tidak bagus.
🌼Harga Songket Palembang
Harga kain Songket Palembang tergolong mahal, yaitu berkisar antara 3 sampai 5 juta, karena selain pengerjaannya dengan ketekunan tinggi juga menggunakan bahan baku yang sebagian besar diimpor. Benang lokal dapat digunakan namun agak susah untuk ditenun. Selain itu, motif Songket Palembang juga mempengaruhi harga dari kain songket tersebut.
Apabila motif kain Songket Palembang semakin penuh maka harganya semakin mahal. Kerapatan hasil tenunan kain Songket khas Palembang juga mempengaruhi harga kain songket.
🌼Perawatan Songket Palembang
Kain Songket Palembang harus dirawat dengan hati-hati. Kain Songket khas Palembang tidak bisa terkena panas atau disimpan di ruangan yang sembarangan. Berikut ini tips dan cara merawat kain songket Palembang agar kualitasnya tetap terjaga:
🌸Cara Pencucian
Agar kain songket tidak mudah rusak, sebaiknya tidak mencucinya. Tapi, kalau memang harus mencuci kain khas Palembang ini, maka disarankan untuk menggunakan pelembut saja, dan pencuciannya cukup dilakukan dengan dibilas, lalu diangin-anginkan. Jangan di-laundry, di-dry cleaned, dan dijemur di bawah sinar matahari secara langsung.
🌸Cara Penyimpanan
Sebaiknya, setelah dipakai, angin-anginkan kain songket sebelum disimpan. Dalam menyimpannya, jangan lipat Kain Songket Palembang jangan agar sulaman tidak rusak. Cukup gulung Kain seperti karpet memakai paralon atau karton, yang sudah dilapisi kertas roti atau kertas. Tidak dianjurkan mennggunakan kertas koran. Masukkan juga akar wangi agar kain tidak menjadi bau. Lalu bungkus kain songket yang sudah digulung tersebut dengan tabung kertas atau plastik. Simpanlah kain tersebut ke dalam lemari dengan posisi mmiring atau berdiri. Berikan kamper atau ditaburkan sedikit cengkeh atau lada pada lemari supaya terlindung dari rayap, semut, dan ngengat.
🌸Perawatan Bulanan
Setiap sebulan sekali, keluarkan kain Songket dari penyimpanan, lalu anginkan-anginkan kalau kain Tenun Tradisional Khas Palembang tersebut sudah lama tidak digunakan.
🌼Songket Palembang Asli
Songket Palembang asli memiliki ciri khusus karena dibuat dengan memakai benang emas sutra yag dicampurkan dengan katun, sehingga yang dihasilkan adalah kain yang keras atau kaku. Biasanya, songket asli dibuat dari benang emas asli atau disebut juga dengan benang emas jantung yang bersatnya bisa sampai 1 kg, dan 18 karat. Perbedaannya dengan songket palsu adalah bahan yang digunakan pada kain songket palsu menggunakan benang perak, atau sekedar anyaman kain saja, sehingga hasil kain yang dibuat memiliki warna yang tidak terlalu mencolok dan terang. Selain itu, hasil kainnya juga terasa lebih ringan saat dipegang.kain yang dihasilkan juga lebih terasa ringan ketika dipegang. Berbeda dengan kain songket Palembang asli yang terasa berat.
sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Songket
http://www.kelambit.com/songket-palembang/
Kata songket berasal dari istilah sungkit dalam bahasa melayu dan bahasa indonesia yang berarti "mengait" atau "mencungkil". Songket digolongkan dalam keluarga tenunan brokat. Songket ditenun dengan tangan dengan benang emas dan perak. Selain itu, menurut sementara orang, kata songket juga mungkin berasal dari kata songka, songkok khas Palembang yang dipercaya pertama kalinya kebiasaan menenun dengan benang emas dimulai. Istilah menyongket berarti ‘menenun dengan benang emas dan perak.
Songket adalah kain tenun mewah yang biasanya dikenakan saat kenduri, perayaan atau pesta. Songket dapat dikenakan melilit tubuh seperti sarung, disampirkan di bahu, atau sebagai destar atau tanjak, hiasan ikat kepala. Tanjak adalah semacam topi hiasan kepala yang terbuat dari kain songket lazimnya dipakai oleh sultan dan pengeran serta bangsawan Kesultanan Melayu. Menurut tradisi, kain songket hanya boleh ditenun oleh anak dara atau gadis remaja, akan tetapi kini kaum lelaki pun turut menenun songket.
Beberapa kain songket tradisional Sumatera memiliki pola yang mengandung makna tertentu. Songket harus melalui delapan peringkat sebelum menjadi sepotong kain dan masih ditenun secara tradisional. Karena penenun biasanya dari desa, tidak mengherankan bahwa motif-motifnya pun dipolakan dengan hewan dan tumbuhan setempat. Motif ini seringkali juga dinamai dengan nama kue khas melayu seperti serikaya, wajik dan tepung talam yang diduga merupakan panganan kegemaran raja.
🌼Sejarah
Penenunan songket secara sejarah dikaitkan dengan kawasan permukiman dan budaya Melayu, dan menurut sementara orang teknik ini diperkenalkan oleh pedagang India atau Arab. Menurut hikayat rakyat Palembang, asal mula kain songket adalah dari perdagangan zaman dahulu di antara Tiongkok dan India. Orang Tionghoa menyediakan benang sutera sedangkan orang India menyumbang benang emas dan perak; maka, jadilah songket. Kain songket ditenun pada alat tenun bingkai Melayu. Pola-pola rumit diciptakan dengan memperkenalkan benang-benang emas atau perak ekstra dengan penggunaan sehelai jarum leper. Tidak diketahui secara pasti dari manakah songket berasal, menurut tradisi Kelantan teknik tenun seperti ini berasal dari utara, yakni kawasan Kamboja dan Siam yang kemudian berkembang ke selatan di Pattani, dan akhirnya mencapai Kelantan dan Terengganu sekitar tahun 1500-an. Industri kecil rumahan tenun songket kini masih bertahan di pinggiran Kota Bahru dan Terengganu. Akan tetapi menurut penenun Terengganu, justru para pedagang Indialah yang memperkenalkan teknik menenun ini pertama kali di Palembang yang mungkin telah berlaku sejak zaman Sriwijaya (abad ke-7 sampai ke-11).
Menurut tradisi Indonesia sendiri, kain songket nan keemasan dikaitkan dengan kegemilangan Sriwijaya, kemaharajaan niaga maritim nan makmur lagi kaya yang bersemi pada abad ke-7 hingga ke-13 di Sumatera. Hal ini karena kenyataan bahwa pusat kerajinan songket paling mahsyur di Indonesia adalah kota Palembang. Songket adalah kain mewah yang aslinya memerlukan sejumlah emas asli untuk dijadikan benang emas, kemudian ditenun tangan menjadi kain yang cantik. Secara sejarah tambang emas di Sumatera terletak di Sumatera Selatan dan di pedalaman dataran tinggi Minangkabau. Meskipun benang emas ditemukan di reruntuhan situs Sriwijaya di Sumatera, bersama dengan batu mirah delima yang belum diasah, serta potongan lempeng emas, hingga kini belum ada bukti pasti bahwa penenun lokal telah menggunakan benang emas seawal tahun 600-an hingga 700-an masehi. Songket mungkin dikembangkan pada kurun waktu yang kemudian di Sumatera. Songket Palembang merupakan songket terbaik di Indonesia baik diukur dari segi kualitasnya, yang berjuluk "Ratu Segala Kain". Songket eksklusif memerlukan di antara satu dan tiga bulan untuk menyelesaikannya, sedangkan songket biasa hanya memerlukan waktu sekitar 3 hari. Mulanya kaum laki-laki menggunakan songket sebagai destar, tanjak atau ikat kepala. Kemudian barulah kaum perempuan Melayu mulai memakai songket sarung dengan baju kurung.
Dokumentasi mengenai asal usul songket masih tidak jelas, kemungkinan tenun songket mencapai semenanjung Malaya melalui perkawinan atau persekutuan antar bangsawan Melayu, karena songket yang berharga kerap kali dijadikan mas kawin atau hantaran dalam suatu perkawinan. Praktik seperti ini lazim dilakukan oleh negeri-negeri Melayu untuk mengikat persekutuan strategis. Pusat kerajinan songket terletak di kerajaan yang secara politik penting karena bahan pembuatannya yang mahal; benang emas sejatinya memang terbuat dari lembaran emas murni asli. Songket sebagai busana diraja juga disebutkan dalam naskah Abdullah bin Abdul Kadir pada tahun 1849.
🌼Motif
Songket memiliki motif-motif tradisional yang sudah merupakan ciri khas budaya wilayah penghasil kerajinan ini. Misalnya motif Saik Kalamai, Buah Palo, Barantai Putiah, Barantai Merah, Tampuak Manggih, Salapah, Kunang-kunang, Api-api, Cukie Baserak, Sirangkak, Silala Rabah, dan Simasam adalah khas songket Pandai Sikek, Minangkabau. Beberapa pemerintah daerah telah mempatenkan motif songket tradisional mereka. Dari 71 motif songket yang dimiliki Sumatera Selatan, baru 22 motif yang terdaftar di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Dari 22 motif songket Palembang yang telah terdaftar di antaranya motif Bungo Intan, Lepus Pulis, Nampan Perak, dan Limar Beranti. Sementara 49 motif lainnya belum terdaftar, termasuk motif Berante Berakam pada seragam resmi Sriwijaya Football Club. Selain motif Berante Berakam, beberapa motif lain yang belum terdaftar yakni motif Songket Lepus Bintang Berakam, Nago Besaung, Limar Tigo Negeri Tabur Intan, Limar Tigo Negeri Cantik Manis, Lepus Bintang Penuh, Limar Penuh Mawar Berkandang, dan sejumlah motif lain.
🌼Keistimewaan Songket Palembang
Songket Palembang jika dilihat dari segi kualitasnya adalah songket terbaik di Indonesia. Songket dari Palembang ini mendapatkan sebutan “Ratu Segala Kain”. Songket ini secara khusus ditenun dan dapat memakan waktu hingga tiga bulan. Bagaimana dengan songket yang biasa? Songket yang biasa dapat ditenun hanya dalam tempo tiga hari saja. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan Songket khas Palembang yaitu alat tenun, rungsen, benang emas, benang merah, baliro, lidi, buluh, pleting dan lain sebagainya. Dalam pembuatannya diperlukan ketekunan, kesabaran dan keuletan. Jika dikerjakan dengan tergesa-gesa maka hasil yang didapat biasanya tidak bagus.
🌼Harga Songket Palembang
Harga kain Songket Palembang tergolong mahal, yaitu berkisar antara 3 sampai 5 juta, karena selain pengerjaannya dengan ketekunan tinggi juga menggunakan bahan baku yang sebagian besar diimpor. Benang lokal dapat digunakan namun agak susah untuk ditenun. Selain itu, motif Songket Palembang juga mempengaruhi harga dari kain songket tersebut.
Apabila motif kain Songket Palembang semakin penuh maka harganya semakin mahal. Kerapatan hasil tenunan kain Songket khas Palembang juga mempengaruhi harga kain songket.
🌼Perawatan Songket Palembang
Kain Songket Palembang harus dirawat dengan hati-hati. Kain Songket khas Palembang tidak bisa terkena panas atau disimpan di ruangan yang sembarangan. Berikut ini tips dan cara merawat kain songket Palembang agar kualitasnya tetap terjaga:
🌸Cara Pencucian
Agar kain songket tidak mudah rusak, sebaiknya tidak mencucinya. Tapi, kalau memang harus mencuci kain khas Palembang ini, maka disarankan untuk menggunakan pelembut saja, dan pencuciannya cukup dilakukan dengan dibilas, lalu diangin-anginkan. Jangan di-laundry, di-dry cleaned, dan dijemur di bawah sinar matahari secara langsung.
🌸Cara Penyimpanan
Sebaiknya, setelah dipakai, angin-anginkan kain songket sebelum disimpan. Dalam menyimpannya, jangan lipat Kain Songket Palembang jangan agar sulaman tidak rusak. Cukup gulung Kain seperti karpet memakai paralon atau karton, yang sudah dilapisi kertas roti atau kertas. Tidak dianjurkan mennggunakan kertas koran. Masukkan juga akar wangi agar kain tidak menjadi bau. Lalu bungkus kain songket yang sudah digulung tersebut dengan tabung kertas atau plastik. Simpanlah kain tersebut ke dalam lemari dengan posisi mmiring atau berdiri. Berikan kamper atau ditaburkan sedikit cengkeh atau lada pada lemari supaya terlindung dari rayap, semut, dan ngengat.
🌸Perawatan Bulanan
Setiap sebulan sekali, keluarkan kain Songket dari penyimpanan, lalu anginkan-anginkan kalau kain Tenun Tradisional Khas Palembang tersebut sudah lama tidak digunakan.
🌼Songket Palembang Asli
Songket Palembang asli memiliki ciri khusus karena dibuat dengan memakai benang emas sutra yag dicampurkan dengan katun, sehingga yang dihasilkan adalah kain yang keras atau kaku. Biasanya, songket asli dibuat dari benang emas asli atau disebut juga dengan benang emas jantung yang bersatnya bisa sampai 1 kg, dan 18 karat. Perbedaannya dengan songket palsu adalah bahan yang digunakan pada kain songket palsu menggunakan benang perak, atau sekedar anyaman kain saja, sehingga hasil kain yang dibuat memiliki warna yang tidak terlalu mencolok dan terang. Selain itu, hasil kainnya juga terasa lebih ringan saat dipegang.kain yang dihasilkan juga lebih terasa ringan ketika dipegang. Berbeda dengan kain songket Palembang asli yang terasa berat.
sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Songket
http://www.kelambit.com/songket-palembang/
Comments
Post a Comment